Yoli Aprila, 4521008 (2025) Makna Filosofis Tradisi Bagatik Tulak Bala pada Masyarakat Nagari Koto Tinggi Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman. Sarjana thesis, Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.
|
Text
Yoli Aprila 4521008 cover.pdf Download (307kB) |
|
|
Text
Yoli Aprila 4521008 abstrak.pdf Download (421kB) |
|
|
Text
Yoli Aprila 4521008 full.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna filosofis tradisi bagatik tulak bala pada masyarakat Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: bagaimana latar belakang pelaksanaan bagatik tulak bala di Koto Tinggi? Bagaimana tata cara serta makna prosesi bagatik tulak bala pada masyarakat di Nagari Koto Tinggi Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman? Bagaimana dampak tradisi tulak bala terhadap keyakinan masyarakat? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan menggunakan pendekatan filosofis dalam melakukan analisis terhadap prosesi tradisi bagatik tulak bala pada masyarakat. Latar belakang bagatik tulak bala menunjukkan bahwa tradisi bagatik tulak bala ini dilaksanakan satu kali dalam setahun. Bagatik tulak bala di pimpin oleh ulama yang paham tentang tulak bala tersebut. Tulak bala muncul sebagai usaha untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi dengan dilakukannya kegiatan zikir bersama-sama. Tulak bala merupakan wirid amalan orang-orang syattariyah. Pelaksanaan zikir dilakukan oleh kelompok penganut tarekat syattariyah dilakukan dua posisi yaitu posisi duduk dan berdiri. Tata cara prosesi tulak bala dilakukan dengan tiga tahap yaitu: pertama tahap persiapan, yaitu menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan saat tulak bala dilakukan, seperti: obor, alat musik gandang tasa dan mempersiapkan daun-daunan seperti: daun sidingin sitawa, cikumpai cikarau, daun jiluang, dan jeruk nipis. Kedua tahap pelaksanaan, yaitu dimulai di Masjid, lalu masyarakat di arak keliling kampung sambil melafazkan “Laa ilaha illallah” dan memukul gandang tasa, membawa obor. Jika ada permintaan dari warga, maka rombongan akan berhenti dan berzikir di rumah tersebut dan di iringi dengan adzan. Ketiga tahap penutup, yaitu setelah di arak keliling kampung sampai ke laut, acara ditutup dengan membaca do’a tulak bala, diakhiri dengan pembacaan pawatih yaitu untuk mengenang jasa guru tersebut, dan ditutup dengan makan bersama di pantai. Simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi tulak bala memiliki makna mendalam yang melambangkan perlindungan, keseimbangan spiritual, penyucian, dan kebersamaan. Setiap simbol tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai religius, harapan, dan kekuatan sosial yang membantu masyarakat menjaga keharmonisan dan melindungi diri dari bahaya. Jadi secara keseluruhan, tulak bala adalah wujud upaya spiritual dan sosial yang terus dilestarikan sebagai warisan budaya serta sarana menjaga keselamatan dan keharmonisan masyarakat Nagari Koto Tinggi.
| Item Type: | Skripsi/Thesis/Disertasi (Sarjana) |
|---|---|
| Keywords: | Makna Filosofis, Tulak Bala |
| Subjects: | B Filosofi. Psikologi. Agama > B Philosophy (General) D Sejarah Umum dan Dunia Lama > DS Asia B Filosofi. Psikologi. Agama > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc > BP1-253 Islam |
| Divisions: | Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah > Akidah dan Filsafat Islam |
| Depositing User: | Mrs - Savira Suaida |
| Date Deposited: | 05 Nov 2025 07:26 |
| Last Modified: | 05 Nov 2025 07:26 |
| URI: | http://repository.uinbukittinggi.ac.id/id/eprint/655 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |

